Pembangunan Berketahanan Iklim yang dicanangkan di Indonesia menyasar 4 (empat) sektor yang dinilai sangat terdampak perubahan iklim. Keempat sektor itu adalah sektor kelautan dan pesisir, sektor air, sektor pertanian dan sektor kesehatan. Selain keempat sektor ini, Perubahan Iklim yang memnyebabkan peningkatan cuaca ekstrem memicu berbagai bencana (jumlah dan keseringan), terutama bencana-bencana hidrometeorologi (banjir, longsor, abrasi, badai dan lainnya). Periode 5 hingga 10 tahun terakhir, kondisi seperti digambarkan ini semakin nyata hadir di wilayah Kabupaten Flores Timur.
Dalam pembahasan ini memberi perhatian pada perubahan iklim terhadap matapenghidupan, secara khusus Pertanian Lahan Kering (PLK) di wilayah kabupaten Flores Timur. Walau demikian, sektor air, kesehatan dan juga pesisir dan laut tidak akan terhindarkan dari paparan perubahan iklim yang dikaji dari aspek matapenghidupan. Desa serinuho, kecamatan Titehena dan desa Mokantarak di kecamatan Larantuka. Letak kedua desa ini tepat di pesisir. Serinuho di pantai utara dan Mokantarak di pantai Selatan. Namun kedua desa ini memiliki wiayah yang membentang dari pantai hingga pegunungan. Karena itu memiliki karakter yang sama, yakni berada di wilayah pesisir sampai pegunungan. Karekter ini bisa mewakili wilayah kabupaten Flores Timur yang berbeda antara tiga pulau, pesisir dan pedalaman serta urban dan kota.
Profil Pertanian Lahan Kering di Flores Timur

Kabupaten Flores Timur terletak di Timur pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggra Timur. Wilayah kabupaten ini meliputi seluruh semenanjung Timur pulau Flores serta seluruh pulau Adonara dan pulau Solor. Realitas fisik lahan pertanian di kabupaten ini memiliki perbedaan-perbedaan kecil maupun kesamaan di antara ketiga pulau ini. Kecuali pulau Solor yang tingkat kekeringannya hampir merata, wilayah persisir di tiga pulau kecil ini cenderung mengalami kekeringan ekstrim pada musim kemarau. Musim kemarau cenderung terus bertambah panjang dari tahun ke tahun. Misalnya tahun 2023. Jika menghitung musim kemarau mulai dari bulan April, maka sampai di bulan Desember 2023 ketika belum ada tanda musim hujan tiba secara merata di semua wilayah maka musim kemarau dihitung mencapai sembilan bulan lebih. Tiga bulan sisanya musim hujan. Itupun dengan curah hujan yang rendah dan tidak merata di semua wilayah maupun antara wilayah pesisir dan pedalaman.
Untuk kategori pulau, para petani lahan kering yang paling berat terdampak perubahan iklim adalah yang mendiami pulau Solor. Pulau ini merupakan pulau karang yang sebagian besar lahan pertaniannya kering, tandus dan sangat kurang air hujan maupun cadangan air tanah. Jika terjadi fenomena iklim seperti el nino misalnya, para petani lahan kering di pulau Solor ini sangat terpuruk. Pulau lain seperti Adonara dan bagian timur pulau Flores masih lebih untung dibandingkan dengan pulau Solor. Namun nasib mereka juga tidak terlalu jauh lebih baik untuk kategori wilayah pesisir. Umumnya di wilayah pedalaman, lebih ringan diterpa kekeringan akibat paparan perubahan iklim terhadap tanaman pertanian. Namun lebih rentan jika kelebihan hujan. Pada wilayah pesisir cenderung jauh lebih panas dan karena itu, tanaman pertanian di pesisir jauh lebih rentan dari tanaman pertanian di pedalaman, walau sama-sama bergatung pada air hujan.
Dari segi ketersediaan air untuk kebutuhan pertanian maupun kebutuhan rumah tangga, pulau Adonara dan bagian timur pulau Flores agak lebih beruntung dari warga yang menghuni pulau Solor. Pulau Adonara dan Flores bagian timur masih memiliki sumber air dan cadangan air, walau pada puncak musim kemarau tidak mencukupi bahkan kurang. Flores Timur umumnya kering sehingga pulau-pulau di kabuapaten ini kering, namun beban pulau Solor jauh lebih berat.
Bahaya Kekeringan di Kabupaten Flores Timur
Bahaya kekeringan di Kabupaten Flores Timur hampir merata di seluruh wilayah kecamatan dan desa. Kekeringan cendrung lebih banyak diakibatkan oleh faktor iklim dan cuaca lokal Flores Timur. Secara geologis kekeringan di Flors Timur diakibatkan oleh ketersediaan air yang sangat kecil, dimana jumlah bulan kering lebih tinggi daripada bulan basah. Dari segi hidrologi, Kabupaten Flores Timur memiliki 290 mata air yang tersebar di seluruh kecamatan dengan debit antara 0,5–20 liter perdetik. Sumber mata air tersebut umumnya berada pada kawasan hutan dan beberapa berada di wilayah pesisir di daerah tekuk lereng. Dari total jumlah mata air yang ada 20 persen bersifat musiman dan sisanya parenial.
Diantara 3 Pulau yang ada di kabupaten Flores Timur. Pulau Solor yang memiliki tingkat kekeringan yang cukup tinggi. Selain karena faktor iklim dan cuaca juga sangat dipengaruhi oleh faktor geologi dimana pada bagian atas terdapat baruan sedimen gamping yang memiliki karateristik tidak menyimpan air. Sumber air hanya ada di wilayah-wilayah tekuk lereng terutama di daerah pesisir, namun hampir semua mata air yang ada di Pulau Solor bersifat musiman.
Banyak terdapat sungai-sungai besar yang kering dan tidak terisi oleh air, hanya mengalir saat musim hujan tiba. Sehingga masyarakat tidak bisa menggantungkan kebutuhan airnya dari ketersediaan air permukaan. Banyaknya sungai-sungai kering juga mengakibatkan tidak adanya potensi yang dapat dibangun bendungan karena kebutuhan tampungan air tidak sesuai dengan suplai air yang diberikan.
Pertanian Lahan Kering di Desa Serinuho dan Mokantarak
- Desa Serinuho
Desa ini terletak di pantai utara kabupaten Flores Timur. Salah satu desa yang porak poranda diterjang tsunami bulan Desember 1992 yang dikenal dengan nama bencana Flores. Penduduk desa ini mayoritas petani lahan kering dengan pekerjaan sambilan. Misalnya tukang bangunan, aparat desa dan juga guru sekolah dasar. Jumlah penduduk sebanyak 784 jiwa yang terdiri dari 402 laki-laki dan 382 perempuan, yang tersebar di 198 Kepala Keluarga dengan rincian Kepala Keluarga laki-laki sebanyak 151 dan Kepala Keluarga Perempuan sebanyak 47. Dari total ini, jumlah petani sebanyak 382 jiwa termasuk 73 orang petani sayur di musim kemarau.
Setiap tahun para petani pertanian lahan kering di desa ini membudidayakan tanaman hortikultura untuk memenuhi kebutuhan sepanjang tahun. Hasil pertanian yang menonjol dari desa ini yang dihasilkan dari usaha pertanian lahan kering adalah jagung, singkong, padi ladang, pisang, sedikit kacang-kacangan dan sorgum.
- Desa Mokantarak
Desa Mokantarak terletak di Kecamatan Larantuka, Kabupaten Flores Timur. Para petani di desa ini mengolah pertanian lahan kering yang membentang di daerah perbukitan dengan kemiringan sekitar berkisar mulai dari 30 sampai 60 derajat. Karakter tanahnya kering, berbatu dan liat dengan top soil tidak lebih dari 5 cm. Batu-batu yang memenui lahan-lahan pertanian di desa ini perlahan menjadi salah satu komoditi. Sejak belasan tahun terakhir sejumlah warga muda di desa ini menekuni pekerjaan tambahan sebagai tenaga belah batu.
Bersumber dari buku induk Penduduk Desa Mokantarak tahun 2023, desa ini dihuni 1309 jiwa, dengan perincian laki-laki 652 jiwa dan Perempuan sebanyak 657 jiwa. Disabilitas di desa ini sebanyak 23 orang. Yang terdata sebagai petani murni sebanyak 173 orang atau jiwa. Para petani ini mengolah lahan pertanian sekitar kurang lebih 1 ha untuk setiap petani.
Cerita para petani di desa Serinuho dan Mokantarak bahwa musim tanam tahun 2023, hujan berhenti sampai tiga minggu di pertengahan Februari hingga Maret ketika tanaman padi dan jagung di ladang-ladang para petani sedang siap berbunga. Curah hujan seperti ini menyebabkan panen di musim panen tahun ini tidak maksimal. Sedangkan saat ini el nino sedang melanda wilayah kabupaten Flore Timur. Belum lagi angin kencang yang sering datang di musim hujan antara bulan Januari sampai Februari. Kekeringan panjang di musim kemarau yang melampaui masa yang seharusnya telah tiba musim hujan, jeda hujan beberapa saat di musim hujan yang kadang mencapai lebih dari seminggu, angin kencang sampai badai dan hama dan penyakit tanaman adalah kejadian-kejadian yang sering para petani lahan kering alami. Hal ini yang diidentifikasi sebagai ancaman terhadap pertanian lahan kering yang merupakan dampak dari perubahan iklim.
Ancaman Perubahan Iklim Terhadap Pertanian Lahan Kering
Ancaman perubahan iklim terhadap pertanian lahan kering di desa Serinuho dan desa Mokantarak adalah:
- Kekeringan panjang melampaui masa yang semestinya sudah memasuki musim hujan. Jumlah bulan untuk musim kemarau lebih banyak dari jumlah bulan untuk musim hujan. Musim kemarau bisa mencapi 8 bulan sehingga musim hujan Cuma tiga bulan.
- Kekurangan hujan. Sangat sering hujan jeda beberapa saat sehingga menghambat pertubuhan tanaman. Bahkan jeda hujan terjadi pada masa-masa yang semestinya tanaman membutuhkan hujan cukup.
- Angin kencang dan badai
- Serangan hama dan penyakit tanaman
Matriks Sasaran dan Dampak yang ditimbulkan setiap ancaman
No | Ancaman | Aset yang disasar | Dampak yang ditimbulkan |
1. | Kemarau Panjang | Sumber daya air | Debit air turun mencapai 50% di musim kemarau, sumber air mengering di musim kemarau. |
Tanaman pertanian dan perkebunan | Tanaman pertanian mati, tidak produktif Tanaman perkebunan: kelapa dan mente gagal berbuah mencapai 30% hingga 50% dari produksi normal, pisang mati dan produksi menurun mencapai 30%-40% dari normal | ||
Manusia | Terbatas mengakses air bersih dan air untuk merawat tanaman dan ternak yang berdampak pada kesehatan dan menurunnya kualitas hidup sehat dan sejahtera | ||
2. | Kekurangan Hujan | Tanaman pertanian hortikultura | Usaha pertanian hortikultura gagal panen, produksi menurun mencapai 50% dari seharusnya. Panen jagung 1,5 ton perhektar turun menjadi 600-750 kg perhektar |
Manusia petani | Mengalami depresi karena usaha pertanian terancam gagal, kualitaas hidup menurun, memicu migraasi local | ||
3. | Angin kencang dan badai | Tanaman pertanian dan Perkebunan | Tanaman hortikultura rusak dan gagal berbuah, tanaman Perkebunan rusak, tumbang, gagal berbuah, produksi petani menurun bisa mencapai 20% hingga 50% |
Manusia | Kehidupan dan aktivitas terganggu, Kesehatan | ||
Infrastruktur | Faasilitas gedung umum dan milik warga rusak: atap dibongkar angin, rumah rubuh | ||
4. | Hama dan Penyakit Tanaman | Tanaman hortikultura dan perkebunan | Gagal panen dan produksi menurun mencapai 10%-15% dari normal |
Manusia | Kehidupan terganggu, istirahat kurang karena harus tinggal di kebun menghalau hama (kera) |
Menggunakan indicator penurunan produksi pertanian, maka ancaman tertinggi terhadap pertaian lahan kering adalah hujan kurang, menyusul kekeringan di urutan kedua, angin kencang di urutan ketiga dan hama penyakit tanaman di urutan kempat. Hujan kurang ini sangat tinggi menyebabkan produksi pertanian lahan kering turun karena ketika tanaman padi dan jagung sebagai tanaman pangan utama memasuki fase berbunga dan berbuah, saat itulah hujan jeda antara satu minggu hingga tiga minggu. Musim tanam tahun 2022-2023, hujan jeda selama tiga minggu saat padi dan jagung memasuki fase berbunga dan berbuah.